Inti dari semuanya kita sedang saling
menahan, tidak ada yang marah diantara kita. Hanya coba memberi batasan pada waktu
yang sedang kita tunggu. Kita menahan dengan cara kita masing-masing tapi aku
sendiri tidak yakin. Apakah cara ini benar atau salah, kita membiarkan acuh
antara satu sama lain. Membiarkan kita asik di ruang masing-masing.
Aku pribadi yang selama ini asik
dengan diriku sendiri harus terus belajar untuk berbagi ruang dalam hati untuk
mengurangi ego dan menerima kebaikan lain. Bukan perkara mudah, aku pemegang
keputusan akan diriku. Aku mengukur titik terendah kemampuan ku dengan
merasakan dan menyakiti hingga aku berteriak tidak kuat. Selama aku belum berteriak,
aku anggap diriku baik-baik saja. Meskipun orang disekitarku berteriak meneriaki
ku berkata cukup.
Jiwa liarku tidak biasa ku nikmati
beramai-ramai. Aku memilih pergi sendiri untuk menikmati keliaran ku. Duduk,
merenung, memejamkan mata dan berdoa. Berbisik dengan Maha Pencipta ku, bercerita
panjang lebar dengan aliran air yang lirih dari mata. Ketika sudah kurasa
cukup. Aku bergegas lagi dengan tas dan motor ku. Pergi kemana aku mau,
sendiri.
Cukupkan ke egoan dan keliaran ku sampai disini. Sampai aku harus sadar, aku sudah tidak sendiri. Mengalahkan rasa aku bisa sendiri itu sulit. Aku harus mulai merasa bergantung dan membutuhkan dia. Bukan untuk lepas tangan tapi nyatanya merasa dibutuhkan itu sangat menyenangkan. Nomor dua setelah kata RINDU.